Huffington PostHujan meteor Geminid |
KOMPAS.com — Tahun 2014, kemungkinan akan ada fenomena badai
meteor. Badai meteor adalah fenomena serupa hujan meteor. Namun, jumlah meteor
yang bisa disaksikan jauh lebih banyak.Situs Seasky.org menginformasikan,
fenomena badai meteor itu kemungkinan akan terjadi pada 24 Mei 2014 nanti. Bumi
melewati wilayah debris komet kecil bernama 209P/LINEAR.
Adanya kemungkinan terjadinya badai meteor terkait dengan
karakteristik komet dan orbitnya serta orbit Bumi. 209P/LINEAR merupakan komet
periodik yang mengelilingi Matahari setiap 5,04 tahun. Pada 6 Mei 2014, komet
ini akan mencapai titik terdekatnya dengan Matahari atau perihelion.
Kala mendekati Matahari, material debu komet akan
berhamburan, membentuk ekor gas. Ekor debu memanjang di belakang inti komet. Komet
sendiri akan meninggalkan debris.
Bumi sendiri terus berevolusi mengelilingi Matahari. Pada 24
Mei 2014, Bumi akan melewati wilayah di mana debris 209P/LINEAR terdapat.Ketika
melewati wilayah itulah, atmosfer Bumi akan membakar material debu yang ditinggalkan
oleh komet, menghasilkan meteor.
Interaksi Bumi dengan debris komet atau asteroid biasanya
akan menghasilkan 100 meteor per jam atau kurang sehingga fenomenanya disebut
hujan meteor.
Namun, para astronom sebelumnya memperkirakan bahwa interaksi
antara debris 209P/LINEAR dan atmosfer Bumi akan mampu menghasilkan 1.000
meteor per jam sehingga disebut badai meteor.
Peluang
badai meteor
Kemungkinan adanya badai meteor akibat 209P/LINEAR
diungkapkan oleh dua pakar meteor, yaitu Esko Lyytinen dari Finlandia dan Peter
Jenniskens dari NASA.Keduanya adalah dua pakar pertama yang menyatakan bahwa
Bumi akan melewati wilayah debris komet itu pada Mei 2014.
Pakar meteor lain, Jeremie Vaubaillon dari Institut de
Mecanique Celeste et de Calcul des Ephemerides, mengonfirmasi pertanyaan itu
tahun 2012 lalu."Sejauh ini, berdasarkan observasi, kami memperkirakan
akan ada 100-400 komet per jam, di mana itu merupakan hujan meteor yang
besar," kata Vaubaillon.
"Tetapi, hujan meteor ini bisa dikatakan istimewa. Dari
orbit komet ini, semua debris yang ditinggalkan antara 1.803-1.924 akan ada di
jalur revolusi Bumi pada Mei 2014," imbuhnya."Sebagai konsekuensinya,
hujan meteor ini kemungkinan akan menjadi badai meteor," jelas Vaubaillon
seperti dikutip Space.com, 20 Oktober 2012 lalu.
Namun, riset terbaru yang dipublikasikan di Monthly Notices
of Royal Astronomy Society, 26 November 2013 lalu, menyatakan bahwa kemungkinan
terjadinya badai meteor kecil.Quanzhi Ye dari University of Western Ontario,
Kanada, melakukan analisis optik pada komet itu selama penampakannya pada tahun
2009.
"Kami menemukan bahwa tidak banyak menghasilkan
debu," tulis Ye dalam abstrak publikasi di jurnal itu."Karakteristik
ini menunjukkan bahwa komet saat ini mungkin sedang ada dalam transisi antara
komet umumnya menjadi komet dorman," imbuhnya.
"Karena komet memiliki produksi debu rendah, kami
menyimpulkan bahwa badai meteor (jumlah meteor lebih atau sama dengan 1.000)
kemungkinkan besar tak terjadi," jelasnya.
Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo mengatakan bahwa terjadinya
badai meteor umumnya dipengaruhi oleh panjang ekor debu. Makin panjang ekor
debu, makin besar peluang terjadinya badai meteor.
Namun, ia juga mengungkapkan bahwa ada faktor lain, yakni
produksi debu oleh komet itu sendiri. Bila produksi debu rendah, peluang
terjadi badai meteor juga rendah."Seperti komet Lovejoy kemarin. Kometnya
ekornya panjang, tetapi produksi debunya diindikasikan lebih rendah dibanding
rata-rata komet," katanya kepada Kompas.com, Kamis (2/1/2014)
Berdasarkan riset Ye, 209P/LINEAR mungkin akan sama dengan
Lovejoy. Ekornya bisa jadi panjang, tetapi debunya sedikit.Walau badai meteor
kemungkinan takkan terjadi, fenomena meteor di langit akan tetap ada dan layak
dilihat.Partikel yang akan terbakar oleh atmosfer Bumi berukuran besar. Dengan
demikian, meteor yang terbentuk mungkin terang walaupun jumlahnya sedikit.
Prediksi sejauh ini menunjukkan bahwa lokasi terbaik untuk
melihat fenomena ini adalah di belahan utara Bumi. 209P/LINEAR adalah komet
yang ditemukan pada tahun 2004. Nama komet diambil dari nama proyek
penemuannya, Lincoln Near-Earth Asteroid Research (LINEAR).
edit by me,
sumber : KOMPAS artikel Yunanto Wiji Utomo
0 komentar:
Posting Komentar